Dinamai Congwayndut, singkatan dari Keroncong Wayang Gendut (Fatpuppete Keroncong), kelompok ini berusaha menyoroti budaya lokal melalui pertunjukan wayang komedi.
Menyimpan warisan budaya melalui wayang keroncong |
"Keroncong adalah jenis musik yang orang kenali dengan Jawa, terutama Surakarta. Untuk menarik kaum muda, kami menggabungkannya dengan jenis musik lainnya," katanya kepada kompas.com setelah tampil sangat menghibur di Balai Soejatmoko di Surakarta pada hari Rabu.
Didirikan pada tahun 2010, kelompok ini telah tampil di seluruh negeri dan luar negeri.
"Saya mendirikan grup dengan sekitar 15 orang lainnya. Didukung oleh teman-teman saya, ini bertujuan untuk meregenerasi para penggemar wayang. Kami takut akan masa depan dimana wayang tidak lagi menarik minat generasi muda."
Pada setiap pertunjukan, kelompok tersebut tidak selalu berbahasa Jawa.
"Ketika di Singapura, kami tampil menggunakan bahasa Melayu dan responnya sangat positif. Orang selalu berpikir bahwa wayang hanya bisa dilakukan bersamaan dengan gamelan, namun kelompok kami membuktikan bahwa mereka salah karena alat musik apa pun akan melakukannya," katanya.
Menariknya, kelompok ini memiliki anggota yang bukan orang Jawa.
Muhammad Subhan, seorang anggota Makassar di Sulawesi Selatan, mengatakan ia bergabung dengan kelompok tersebut karena ia menganggap keroncong wayang sebagai alternatif hiburan.
"Jika kita berusaha untuk tetap setia pada tradisi asli wayang, akan sangat sulit. Beberapa teman kita memiliki latar belakang etnomusikologi di luar karawitan Jawa [ensambel musik]," kata Subhan.
Dia menambahkan bahwa instrumen yang digunakan pada setiap pertunjukan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
"Yang saya mainkan, misalnya, adalah perkusi yang disebut taganing - alat musik etnis dari Sumatera Utara. Kami juga menggunakan kendang dari Jawa Barat," katanya.
Post a Comment