Pengertian Tasawuf, Tujuan, Manfaat Tasawuf dan ilmu tasawuf |
Istilah tasawuf yang sering juga disebut dengan istilah sufi memang sangat jarang kita gunakan dalam kehidupan sehari – hari. Meskipun begitu, sebagai umat manusia yang terus belajar, sudah sepatutnya kita mengetahui arti atau pun makna istilah tasawuf.
Untuk membantu kita dalam memahami pengertian kata tasawuf, berikut merupakan beberapa pendapat ahli dan juga Tokoh Agama Islam mengenai arti kata tasawuf :
Beberapa Pengertian Tasawuf
Menurut Wikipedia, pengertian tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi.Selain pengertian di atas, berikut merupakan beberapa pendapat yang coba diungkapkan ulamah mengenai ilmu tasawuf :
Mr. G. B. J Hiltermann & Prof. Dr. P. Van De Woestijne
Menurut mereka, tasawuf merupakan paham mistik dalam agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan Yoga di India. Tasawuf juga dapat digolongkan ke dalam dunia asketis – mistis dalam ajaran Islam.
Dr. C. B. Van Haeringen
Menurut Dr. C. B. Van haeringen, pengertian tasawuf adalah aliran kerohanian mistik (mystiek geestroming) dalam agama Islam.
J. Kramers Jz
Menurut J. Kramers Jz, tasawuf merupakan ajaran mistik yang dianut oleh sekelompok kepercayaan di timur terutama daerah sekitar Persi dan India yang mengajarkan bahwa setiap yang ada di dunia merupakan sesuatu yang khayali, manusia dianggap sebagai pancaran dari Tuhan dan sudah seharusnya selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan Tuhan.
Prof. Dr. H. Abubakar Aceh
Menurut Prof. Dr. H. Abubakar Aceh, tasawuf merupakan aliran mistik yang pada awalnya berasal dari berbagai aliran mistik Masehi, Persi, Platonisme, dan India yang secara perlahan – lahan mempengaruhi aliran – alirah / ajaran – ajaran yang ada di dalam agama Islam.
Amien Jaiz
Menurut MH. Amien Jaiz, paham tasawuf pada dasarnya berasal dari dua unsur yaitu yang pertama dari unsur perasaan kebatinan yang terdapat pada orang Islam di awal perkembangan ajaran agama Islam, dan yang kedua adalah unsur adat atau pun kebiasaan orang Islam baru yang berasal dari ajaran – ajaran agama / kepercayaan lainnya yang sudah ada / dianut sebelumya.
Ruwaifi bin Sulaimi, Lc
Menurut Ruwaifi bin Sulaimi, Lc, tasawuf atau pun sufi merupakan salah satu ilmu yang dianut orang – orang yang mengaku islam dan pada dasarnya bukanlah merupakan ajaran Rasulullah SWT dan bukan pula ajaran / ilmu yang diwariskan dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu.
Etimologi
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Ada juga yang berpendapat bahwa sufi berasal dari kata saf, yakni barisan dalam sholat. Suatu teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa.[2] Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.Sejarah paham
Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Berbagai sumber mengatakan bahwa ilmu tasawuf sangat lah membingungkan.Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah[3]. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf. Sementara itu, orang yang penganut paham tersebut disebut orang sufi.
Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad [4].
Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik.Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah. Kemudian diikuti oleh figur-figur lain seperti Shafyan al-Tsauri dan Rabi’ah al-‘Adawiyah.[5]
Definisi Sufisme
- Yaitu paham mistik dalam agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
- Yaitu aliran kerohanian mistik (mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr. C.B. Van Haeringen).
Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme/tasawuf berasal dari dalam agama Islam:
- Asal usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995) [6]
- Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.] [7].
- Sufi tidak lain adalah ajaran untuk mencapai maqam Ihsan (sebagaimana tersebut dalam hadist) atau mencapai status muqarrabun (orang-orang yang didekatkan kepada ALLAH).
- Tasawuf adalah penafsiran bathin (psikologis) dari ayat-ayat Quran seperti : Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain ALLAH adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Quran, 29:41). Dalam Tasawuf, yang dimaksud pelindung dalam ayat ini juga termasuk pelindung secara psikologis, sebagaimana kita ketahui manusia banyak menggantungkan keberhargaan dirinya kepada dunia (seperti harta, jabatan, pasangan, teman, dll). Dalam Tasawuf, keberhargaan diri hanya boleh digantungkan kepada ALLAH. Karena jika memang mereka percaya ALLAH adalah yang paling kuat dan berharga, maka menggantungkan kepada selain ALLAH adalah taghut (sesembahan). Inilah kenapa dalam tareqahnya, seorang Sufi (penempuh Tasawuf) harus bisa menjadikan ALLAH sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan penghargaan dirinya. Dalam istilah lain, Tasawuf adalah ajaran untuk mencapai Tauhid secara bathin (psikologis).
- Sisi psikologis (bathin) yang terdapat dalam ajaran-ajaran Kristen, Budha, dll sebaiknya tidak menafikan keberadaan Tasawuf sebagai sisi psikologis (bathin) dalam ajaran Islam. Hal ini karena Islam adalah ajaran penyempurna sehingga tidak harus sepenuhnya baru dari ajaran-ajaran yang terdahulu. Adanya sisi bathin dalam ajaran-ajaran yang sebelumnya ada malahan memperkuat status Tasawuf karena tentunya harus ada garis merah antara agama-agama yang besar, karena kemungkinan besar ajaran-ajaran tersebut dulunya sempat benar, sehingga masih ada sisa-sisa kebenaran yang mirip dengan Tasawuf sebagai sisi bathin (psikologis) dari ajaran Islam.
Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar agama Islam:
- Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
- (Sufisme)yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).
- Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah (yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal orang India yang sebelumnya beragama Hindu, orang-orang Persi yang sebelumnya beragama Zoroaster atau orang Siria yang sebelumnya beragama Masehi) tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan. Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat sambutan dari kaum Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan jalan demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang berasal dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan memengaruhi aliran-aliran di dalam Islam (Prof.Dr.H.Abubakar Aceh).
- Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya, paham tasawuf itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur ajaran Islam. Dengan kata lain, dalam agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumlah orang Islam yang menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980)[8].
- Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, hal itu bukanlah ajaran Rasulullah SAW dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu. Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad SAW, dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha" - At Tashawwuf Al Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc) [9].
Tokoh tasawuf di Indonesia
Tokoh –tokoh yang memengaruhi tasawuf di Indonesia yaitu: Syeikh ‘Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a (Abah Sepuh) Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, Hamzah Al-Fasuri, Nurddin Ar-Raniri, Syekh Abdurrauf As-Sinkili dan Syekh Yusuf Al-Makasari.
Adapun tokoh-tokoh Tasawuf yang berpengaruh di Cirebon[1] diantaranya ialah Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih populer dengan sebutan Sunan Gunungjati, Syekh Nurjati, guru dari Sunan Gunungjati, Syekh Abdullah Iman atau yang terkenal dengan sebutan Pangeran Cakrabuana, Syekh Mulyani atau yang terkenal dengan sebutan Syekh Royani yang melahirkan para ulama di Srengseng, sebuah desa yang terkenal di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Mbah Kriyan, Syekh Tholhah yang menjadi guru dari Syeikh 'Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a., Syekh Jauharul Arifin pendiri Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Balerante, Palimanan, Kabupaten Cirebon, dan tokoh-tokoh Cirebon yang lain.
Contoh paham
Berikut contoh paham Sufi atau paham tasauf:
Kedudukan syariat dalam empat tingkatan spiritual
Syari'at dalam perspektif paham tasawuf ada yang menggambarkannya dalam bagan Empat Tingkatan Spiritual Umum dalam Islam, syariat, tariqah atau tarekat, hakikat. Tingkatan keempat, ma'rifat, yang 'tak terlihat', sebenarnya adalah inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari keempat tingkatan spiritual tersebut.
Sebuah tingkatan menjadi fondasi bagi tingkatan selanjutnya, maka mustahil mencapai tingkatan berikutnya dengan meninggalkan tingkatan sebelumnya. Sebagai contoh, jika seseorang telah mulai masuk ke tingkatan (kedalaman beragama) tarekat, hal ini tidak berarti bahwa ia bisa meninggalkan syari'at. Yang mulai memahami hakikat, maka ia tetap melaksanakan hukum-hukum maupun ketentuan syariat dan tarekat.
Paham kesatuan wujud
Paham kesatuan wujud adalah paham yang dibawa oleh Ibnu Arabi pada abad ke-3 Hijriah. Tokoh-tokohnya antara lain adalah Ibnu Arabi, Mansur al Hallaj, dan Jalaludin Rumi. Paham ini ditolak oleh Al Ghazali dan Ibnu Taymiah.
Ketika tidak ada gerak bagimu untuk dirimu sendiri maka sempurna yakinmu, dan ketika tidak ada wujudmu bagimu maka sempurna tauhidmu. [2] Maknanya: ketika kamu fana dari wujudmu karena tidak adanya pandanganmu terhadap wujudmu sama sekali, dengan cara kamu tidak melihat wujud bagi dirimu beserta wujud Gusti-mu Yang Maha Agung dan Mulia, maka sempuna tauhidmu. Hal itu, karena kamu telah menyatakan Gusti-mu dan kamu mempertimbangkan pandanganmu didalamnya. Maka kamu melihat wujudmu, yaitu semua amalmu dari Allah swt sebagi ciptaan, maka ketika ini, kamu tidak melihat wujud kecuali Allah swt Yang Maha Agung dan Mulia. Maka ketika itu telah sempurna tauhidmu. Karena hamba selagi melihat wujud dan amalnya sendiri, maka tidak sempurna tauhidnya menurut para muwahhidiin muhaqqiqiin para petauhid sempurna. Karena dia masih melihat dirinya dapat beramal yang amal itu keluar dari dirinya. Berbeda dengan muwahhidiin muhaqqiqiin (para petauhid sempurna), dia (mereka) telah hilang dari wujud dirinya yang majazi dan rusak dengan sebab wujud Allah swt yang Maha Ada yang kekal dan hakiki. Hal itu ketika Allah swt telah memberikan kenyataan padanya tentang hakikat-hakikat, lalu dia melihat dengan cahaya Tuhan-nya yang telah dititipkan pada relung hatinya, bahwa sesungguhnya Allah swt telah mewujudkan dirinya dengan anugerah-NYA dan menolongnya dengan kasih-NYA, kemudian dia tidak melihat dalam wujud selain Allah swt dan tidak melihat kasih selain Allah swt Yang Maha Agung dan Mulia, maka sempurnalah tauhidnya.
Menurut al-Banjari, kaum wujudiyyah (orang-orang yang memahami tentang wahdatul wujud) itu ada dua golongan: wujudiyyah mulhid dan wujudiyyah muwahhid. wujudiyyah mulhid termasuk golongan yang sesat lagi zindiq. Wujudiyyah muwahhid, menurut dia, “yaitu segala ahli sufi yang sebenarnya”, mereka dinamakan kaum wujudiyyah ”karena bicaranya dan perkataannya dan itikadnya itu pada wujud Allah”. Ia tidak menjelaskan isi ajaran mereka, tetapi sebagai lawan dari wujudiyyah mulhid tadi, wujudiyyah muwahhid tentu tidak menganggap bahwa Allah tidak “tiada maujud melainkan di dalam kandungan wujud segala makhluk”, atau “bahwa Allah itu ketahuan zat (esensi)-Nya nyata kaifiat-Nya daripada pihak ada. Ia waujud pada kharij dan pada zaman dan makan”, dan tidak pula membenarkan pernyataan-pernyataan seumpama “tiada wujudku, hanya wujud Allah”, dan sebagainya, yang mencerminkan pandagan wujudiyyah mulhid itu. Keterangan al-Banjari mengenai ajaran kaum wujudiyyah mulhid itu kelihatan sangat mirip dengan keterangan ar-Raniri, yang dalam abad sebelumnya menyanggah penganut-penganut di Aceh.
Berdasarkan penjelasan ini, pada dasarnya sama dengan ajaran wahdah al-wujud Ibnu Arabi. Ajaran ini juga memandang alam semesta ini sebagai penampakan lahir Allah dalam arti bahwa wujud yang hakiki hanya Allah saja -alam semesta ini hanya bayangan- bayang-Nya. Dari satu segi, ajaran ini kelihatan sama dengan ajaran tauhid tngkat tertinggi. Kedua ajaran itu memandang bahwa wujud yang hakiki hanya satu-Allah, tetapi dari lain segi wujudiyyah muwahhid dan wihdah al-wujud ini tidak sama dengan pandangan “bahwa yang ada hanya Allah” dalam ajaran yang terakhir ini hanya tercapai dalam keadaan yang disebut fana, yakni terhapunya kesadaran akan wujud yang lain, sedang dalam ajaran wihdah al-wujud, pandangan tersebut kelihatan sebagai hasil penafsiran atas fenomena alam yang serba majemuk ini.
Di samping itu, pandangan tauhid tingkat tertinggi itu, tampaknya didasarkan atas asumsi bahwa esensi Allah yang mutlak itu dapat dikenali secara langsung, tanpa melalui penampakan lahir-Nya, asumsi ini dibantah oleh Ibnu Arabi, karena menurut dia Allah hanya bisa dikenal melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. (Naskah Klasik [4] Keagamaan Nusantara I Cerminan Budaya Bangsa, Departemen Agama RI, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Puslitbang Lektur Keagamaan, 2005: 49-50). [5]
Tasawuf dan ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang pada zaman Yunani kuno diberi citra, bahkan diidentikkan dengan filsafat. Tasawuf sebagai ilmu juga diarahkan untuk kepentingan agama (Kristiani), baru memperoleh sifat kemandiriannya semenjak adanya gerakan Renaissance dan Aufklarung. Semenjak itu pula manusia merasa bebas, tidak mempunyai komitmen dengan apa atau siapapun (agama, tradisi, sistem pemerintahan, otoritas politik dan lain sebagainya) selain komitmen dengan dirinya sendiri untuk mempertahankan kebebasannya dalam menentukan cara dan sarana menuju kehidupan yang hendak dicapai.[12]
Kesenian sufi
Sufisme telah menyumbang cukup banyak puisi dalam Bahasa Arab, Bahasa Turki, Bahasa Farsi, Bahasa Kurdi, Bahasa Urdu, Bahasa Punjab, Bahasa Sindhi, yang paling dikenal mencakup karya dari Jalal al-Din Muhammad Rumi, Abdul Qader Bedil, Bulleh Shah, Amir Khusro, Shah Abdul Latif Bhittai, Sachal Sarmast, Sultan Bahu, tradisi-tradisi dan tarian persembahan seperti Sama dan musik seperti Qawalli.
Di Cirebon, kesenian yang berhubungan dengan Kesenian Sufi ini adalah Brai, Gembyung, Terbang, Genjring Santri, dan lainya. Kebanyakan Jenis Kesenian yang beredar di Cirebon terkait dengan perkembangan paham tasawuf tersebut.
Beberapa buku yang telah di tulis oleh para seniman, budayawan, dan sejarahwan Cirebon menguatkan anggapan ini. Buku-buku yang memuat tentang kesenian Cirebon yang berakar pada ajaran tasawuf ini diantaranya adalah Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon yang di tulis oleh Rokhmin Dahuri dkk pada tahun 2004 dan di cetak oleh PNRI. Selanjutnya buku Deskripsi Kesenian Cirebon yang di susun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaupaten Cirebon yang salah satu anggota penyusunnya adalah Bapak Kartani. Dalam banyak kesempatan Kartani selalu menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena media kesenian sangat cocok untuk berdakwah pada saat itu Mertasinga 2004.
Jika seni dan kesenian dijadikan sebagai media dakwah, maka sangat munfisme/tasawuf yang selalu menitik beratkan pada niat baik dalam segala aktiitas yang dijalnkannya. tasawuf itu sulit didefinisikan agar dapat dipahami dengan mudah
Doa Sarmadiyah
DOA SARMADIYAH : Yang orang banyak menyebutnya dengan “Doa Ilmu Cahaya Ilahi” merupakan amalan dari Syaikh Abu Hayyullah AL-Marzuki Al-Maliky yang di kutib dari kitabJawahirul Lama’ah, dia ini merupakan ulama ahli hikmah pada abad 7 Hijriah, bermazhab Maliky. Sesuai dengan maksud isi doanya, Insy Allah dengan izinNya akan membukakan hijab gerbang pintu makrifat dan kasyaf (terbukanya tirai) hati anda dan anda dapat dengan mudah menyelami samudara pengertian-pengertian sir-sir ilmunya Allah yang maha agung dan luas.
Manfaat Tasawuf
Beberapa manfaat tasawuf adalah sebagai berikut :
Membersihkan hati dalam berinteraksi dengan Allah
Melalui tasawuf, hati seseorang akan menjadi bersih sehingga dalam beriteraksi kepada Allah akan menemukan kedamaian hati dan ketenangan jiwa. Karena dalam berinteraksi dengan Allah jika tidak didasari dengan hati yang bersih maka tidak akan mencapai sasaran. [11]
Membersihkan diri dari pengaruh materi
Umumnya, dalam kehidupannya manusia tidak hanya bisa dicukupkan oleh urusan akhirat saja. Manusia sibuk mengejar kekayaan duniawi untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya. Sehingga dengan demikian orang akan lupa urusannya dengan Tuhan. Jalan yang tepat untuk menyelamatkan diri dari godaan materi adalah dengan membersihkan hati dan membentengi diri dari pengaruh negatif duniawi. Yaitu melalui pendekatan tasawuf. Melalui tasawuf, kecintaan seseorang yang berlebihan terhadap meteri dunia akan dibatasi. Ia akan beranggapan kalau memiliki harta benda tidak semata mata untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya tetapi juga untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Menerangi jiwa dari kegelapan
Materi dalam kehidupan manusia sangat besar pengaruhnya terhadap jiwa manusia. Sehingga tidak sedikit orang yang mengejar urusan duniawi yang menyebabkan mereka gelap mata. Tidak sedikit orang yang ingin mendapatkan harta dengan jalan yang tidak halal. Tindakan seperti itu tentu menimbulkan gelap hati yang menimbulkan manusia tidak bisa menerima kebenaran agama. Penyakit resah, gelisah, patah hati, cemas dan serakah dapat disembuhkan dengan olah ajaran agama. Khususnya dengan ilmu tasawuf, dimana ketentraman batin atau jiw yang menjadi sasarannya.
Memperteguh dan menyuburkan keyakinan agama
Keteguhan hati tidak dapat dicapai tanpa adanya siraman jiwa. Kekuatan umat islam bukan hanya karena kekuatan fisik dan senjata. Namun juga mental dan spiritualnya. Banyak manusia yang tenggelam dalam kebahagiaan duniawi sehingga menggoyahkan sendi sendi keimanan. Jika ajaran tasawuf diamalkan oleh seorang muslim maka ia akan bertambah teguh keimanannya dalam memperjusngksn Islam. [12]
Mempertinggi akhlak manusia
Jika hati seseorang bersih, suci, serta selalu dsinari oleh ajaran ajaran Allah dan Rasulnya maka akhlak pun baik. Hal ini sejalan dengan ajaran tasawuf yang menuntun manusia untuk menjadi pribadi muslim yang memiliki akhlak mulia dan dapat menghilangkan akhlak tercela.
Untuk mencari tuhan
Untuk mencari Tuhan, sufi tak perlu pergi jauh; cukup ia masuk kedalam dirinya dan Tuhan yang dicarinya akan ia jumpai dalam dirinya sendiri. Dalam konteks inilah ayat berikut dipahami kaum sufi yaitu surat al-Anfal 17, "Bukanlah kamu yang membunuh mereka, tapi Allah-lah yang membunuh dan bukanlah engkau yang melontarkan ketika engkau lontarkan (pasir) tapi Allah-lah yang melontarkannya”.
Untuk menyatukan diri dengan Tuhan
Syekh Fadhlullah Haeri mengartikan maksud menyatukan diri dengan tuhan sebagai berikut:
Sufi melihat persatuan manusia dengan Tuhan. Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Bahwa Tuhan dekat bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada makhluk lain sebagaimana dijelaskan hadis yang artinya, "Pada mulanya Aku adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui mereka Aku-pun dikenalbahwa Tuhan dan makhluk bersatu, dan bukan manusia saja yang bersatu dengan Tuhan.Kalau ayat-ayat diatas mengandung arti ittihad, persatuan manusia dengan Tuhan, hadits terakhir ini mengandung konsep wahdat al-wujud, kesatuan wujud makhluk dengan Tuhan.
Tujuan Tasawuf
Tujuan tasawuf adalah berada sedekat mungkin di sisi Allah dengan mengenalnya secara langsung dan tenggelam dalam ke Maha Esaan-Nya yang mutlak. Dengan kata lain, bahwa sufi yaitu seorang ego pribadinya sudah lebur dalam pelukan keabadian Allah, sehingga semua rahasia yang membatasi dirinya dengan Allah tersingkap atau kasyaf. Dan di sisi lain hakikat tasawuf itu sendiri sama dengan tujuan tasawuf yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan.dalam ajaran islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia itu tertuang dalam al-Qur’an dan hadits.
Tasawuf itu diciptakan hanya sebagai media lintasan untuk mencapai maqasid al syar’i (tujuan-tujuan syar’i). Sebagai contoh orang yang diperintahkan naik ke atas atap rumah, maka secara tidak langsung ia juga diperintahkan untuk mencari media yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas itu dengan cara menaiki tangga. Berikut tujuan tasawuf diantaranya adalah:
- Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
- Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
- Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
- Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
- Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan), dalam arti bahwa Allah SWT melihat hamba-hambaNya dari atas arsy dan meliputi mereka dan segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat), pendengaran (sama’) dan penglihatan (bashar) Nya.
- Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat Rasulullah SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syari’at dan meniupkan ruh kehidupannya, sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin untuk dapat memimpin kembali umat, baik ilmiah, pemikiran keagamaan maupun politik. Selain itu mereka juga mampu mengembalikan kepemimpinan global ke pangkuannya, baik peta politik maupun ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa yang ada dari alenasi dan kehancuran.
Pencarian yang paling banyak dicari
- hakikat tasawuf
- tasawuf dalam islam
- makalah tasawuf
- dasar ilmu tasawuf
- contoh ilmu tasawuf
- tujuan tasawuf
- ajaran tasawuf
- tasawuf pdf
Post a Comment