ZCgRxn24sMSt1P8PT34NVVluf7C7ODQ8eSh7SrtI
Bookmark

Materi Mengontruksi Sebuah Cerpen Mapel Bahasa Indonesia kelas 11 SMA/MA

Materi Mengontruksi Sebuah Cerpen dengan Memperhatikan Unsur Pembangun Cerpen Mapel Bahasa Indonesia kelas 11 SMA/MA - Halo adik adik yang baik apa kabar? semoga dalam keadaan sehat sehat saja, nah jangan lupa untuk selalu menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak agar terhindar dari virus corona. Oiya pada kesempatan yang baik ini kakak ingin membagikan kepada adik adik mengenai materi yang sudah kakak siapkan yaitu Materi Mengontruksi Sebuah Cerpen Mapel Bahasa Indonesia kelas 11 SMA/MA. Semoga bermanfaat yah.

Materi Mengontruksi Sebuah Cerpen Mapel Bahasa Indonesia kelas 11 SMA/MA
Materi Mengontruksi Sebuah Cerpen Mapel Bahasa Indonesia kelas 11 SMA/MA

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan kalian dapat mengontruksi salah satu cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerita pendek dengan teliti, cermat dan terampil.

B. Uraian Materi

Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, kalian sudah menganalisis unsur pembangun dalam cerita pendek. Kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian akan mengontruksi cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Dengan demikian hasil konstruksi akan menjadi baik karena menyertakan semua unsur pembangun dala cerpennya.

1. Menentukan Topik Kehidupan dalam Cerita Pendek

Cerpen adalah karya sastra yang terus menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Oleh karena itu dalam mengontruksi cerpen topik dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, kata- kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang segar, menarik, dan alamiah.
Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif. Pemilihan kata-kata yang biasa- biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menarik.


2. Langkah-Langkah Mengonstruksi
  • Bacalah cerita pendek yang akan dikontruksi
  • Tentukanlah focus cerita yang akan dikontruksi
  • Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik
  • Susunlah menjadi kerangka cerpen
  • Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh
Mengontruksi Cerita Pendek dengan Memerhatikan Unsur-unsur Pembangun

Mengontruksi adalah kegiatan menulis kembali. Pada pembelajaran kali ini mengontruksi dilakukan dari cerpen menjadi cerpen juga. Yang perlu diperhatikan dalam mengontruksi ini adalah kalian tetap memperhatikan unsur-unsur pembangunnya, seperti tema, amanat, sudut pandang dan lain-lain. Menulis cerpen sangat memerlukan latihan.

C. Rangkuman

  1. Menulis cerpen bisa berdasaran pengalaman diri atau pengalaman orang lain.
  2. 2enentukan topik kehidupan yang menarik adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan.
  3. Mengontruksi adalah proses menyusun atau menulis kembali.
  4. Menulis cerpen dilakukan dengan terlebih dahulu menulis kerangka mengembangkannya menjadi cerpen, melakukan proses editing dan merevisi.

D. Latihan Soal

Petunjuk!
  1. Bacalah sebuah penggalan cerpen!
  2. Kontruksilah cerpen tersebut!
  3. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik; lalu susunlah menjadi kerangka cerpen secara kronologis.
  4. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen
Cerpen Umi Kulsum Karya Djamil Suherman

Sudah beberapa hari ini nama gadis itu tak pernah ku sebut lagi dalam pergaulan dengan teman temanku. Namanya seraya menghilang ditelan perasaanku, mungkin karena rasa takutku untuk menyakiti dan mendekatinya. Umi Kalsum, nama yang selama ini dalam hati aku puja dan damba, putri Haji Tabrani dari desa sebelah. Tapi diam diam namanya menyebung keluar dari didalam hatiku malam ini.

“Apa kabar dengan Umi Kalsum?”. Setelah pertemuan kami terakhir itu, aku tidak dapat bertemu ia lagi. Malam itu sengaja aku memberanikan diri menemui dirinya setelah ta’lim Kiai Noer, malam itu aku coba ikhtiar untuk mendekati dirinya. Aku berniat untuk mengantar Umi Kalsum pulang ba’da ta’lim Kiai Noer. Diam diam aku menungguinya didepan Surau pesantren tepat dibawah pohon trembesi yang rimbun itu, berharap untuk dapat menjumpai dirinya sepulang dari mengaji. Setelah beberapa lama aku menungguinya dan ditemani dengan gigitan ‘nyamuk kebon’ yang lumayan membuat kulit ku terasa gatal, akhirnya ia keluar bersama jamah ta’lim. Akupun cepat cepat menghampirinya.

“Asslamulaikum”, tegurku dengan lembut seraya memberi salam kepadanya. “Alaikumsalam”jawabnya dengan penuh keimanan dan ketawaduan. Suaranya lembut bagai ayat suci yang dialunkan dengan tidak berkesudahan. Aku terdian sejeak diam sejuta bahasa, terpaku seperti Yesus yang tersalib atas nama ruh kudus. Aku tepesona dengan teduhnnya wajahnya, ayunya parasnya, birunya matanya, serta jilbabnya yang menuntai menutupi semua anggota auratnya. ‘Astagfirullah”, aku mencoba melepaskan jerat pandangan setan.

Ku beranikan hati dan diri ini untuk mendekatinya, aku beranikan untuk berkata sepatah kata demi untuk memuluskan niat hatiku untuk mengantarnya pulang. Betapa gembiranya aku saat ia mengiyakan dan menganggukan kepalanya saat aku ajak pulang bareng dimalam itu. Akupun langsung menancap gas sepeda motor Supra kesayanganku. Di keramangan malam kami pun hilang dianta deru rota sepeda motor. Dalam perjalan itu pun tidak aku sia siakan, selama perjalan itu kami bercakap cakap, bersenda gurau, walau kali itu pertama kami bertemu. Hatiku mengembang tidak terkira, bahagia ini telah dipelupuk mataku, rona wajahmu membuat aku yakin bahwa engkaulah gadis yang selama ini diciptakan Allah dengan sangat sempurna untuk ku. Terimakasi yaa Allah, mungkin inilah jawaban atas munajad yang selama ini aku panjakan tas nama-Mu. Namanya yang selama ini aku zikirkan dalam sajadah cinta kini ada disampingku

Sejurus perjalanan kami, dari arah yang kami tuju ku lihat ad sosok tinggi kekar berdiri tegap ditepi jalan mengawasi kami. Ia berdiri tak jauh dari gerbang rumah Umi Kalsum. Mukanya masam bagai orang yang akan melumat santapan mangsanya. Dalam keremanagn itu aku tidak melihat jelas siapa sosok itu sebenarnya. Tetapi ketika Umi Kalsum meminta mendadak untuk menghentikan laju sepeda motorku, aku berkeyakinan bahwa ia adalah orang yang Umi Kalsum kenal. Langkah Umi Kalsum meninggalkan ku menuju arah sosok itu begitu cepat. Tanpa banyak bicara apa apa, aku lihat sebuah tangan mendarat tepat diwajah Umi Kalsum, Umi Kalsum menjerit kesakitan dan berhamburan masuk kerumah.

“Siapa kau?, berani berani bersama anak gadisku?”. Oarng tua itu membentak seraya menajmkan matanya kearahku, dengan geramnya ia mencekik leherku, setengah takut akupun menhindari cekikan itu. “Saya temannya Umi kalsum Pak!” , aku mulai jelas melihat wajah sosok itu, ternyata orang tua itu adalah Ayahanda Umi kalsum. Setengah sopan tan rasa takutku akupun memberanikan diri memberi salam dan mencium tangannya. Betapa kagetnya aku ketika ia memalingkan tanganya tanda ia menolak salamku. “Kau anaknya Aswad kan, anak pedagang sayur itu”, aku langsung mengangguk saat ia menyebut nama orang tuaku. “Kenapa kau berani beraninya jalan berduaan dengan anak gadis keyanganku, aku haramkan kau bergaul dengan anak dan keturunanku, dasar anak petani, sudah punya apa kau hingga berani berani mendekati putriku?”. Betapa kagetnya aku mendengar caci makinya, bagai tersambar petir mendengarnya. Tapi aku tidak berani menimpali sumpah serapahnya itu, hal itu aku lakukan demi Umi Kalsum yang aku punya. “Awas sekali kau dekati anakku, ku ganyang dan kulumat kau!”, orang tua itu setengah mengancamku.
….


 

E. Penilaian Diri

Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan belajar 2, berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Isilah dengan mencentang (V) pada refleksi diri terhadap pemahaman materi di tabel berikut!
Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi


Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dalam modul, ulang kegiatan belajar 1 dan 2, apabila diperlukan silakan kalian menghubungi guru atau teman sejawat untuk menyampaikan pembimbingan. Jangan putus asa untuk mengulang lagi! Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut.
Setelah kalian menuliskan penguasaanmu terhadap materi mengontruksi kemudian lanjutkan kegiatan berikut untuk mengevaluasi penguasaan materI.

Demikianlah informasi yang bisa kami sampaikan, mudah-mudahan dengan adanya Materi Mengontruksi Sebuah Cerpen dengan Memperhatikan Unsur Pembangun Cerpen Mapel Bahasa Indonesia kelas 11 SMA/MA ini para siswa akan lebih semangat lagi dalam belajar demi meraih prestasi yang lebih baik. Selamat belajar!! 



#
Mengontruksi Sebuah Cerpen File ini dalam Bentuk .pdf File Size 74Kb
Diupload oleh www.bospedia.com


      Pencarian yang paling banyak dicari
      • contoh analisis unsur intrinsik cerpen
      • contoh analisis unsur ekstrinsik cerpen
      • contoh analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen
      • contoh unsur intrinsik cerpen
      • contoh analisis cerpen
      • contoh analisis unsur intrinsik novel
      • kumpulan menganalisis cerpen
      • alur cerpen
      • contoh tema cerpen
      • contoh cerpen terbaik
      • contoh cerpen sekolah
      • contoh cerpen terkenal
      • cerpen romantis
      • cerita pendek kehidupan
      • contoh cerpen motivasi
      • contoh cerpen dan strukturnya
      • pdf, 2018,2019,2020,2021,2022


      0

      Post a Comment